Entri yang Diunggulkan

alasan mencintai

*Aku bisa jadi diriku sendiri kalau aku sama kamu *senang hanya berdua *Karena kamu bikin aku senang, senang, senang, senang yang ga pernah ...

Selasa, 23 April 2013

Dinasti Umayyah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berbicara tentang eksistensi perkembangan sastra arab pada masa Umayyah, tentu tidak lepas dari kondisi masyarakat Arab pada saat itu. Pada zaman itu bangsa Arab mengalami kemajuan dalam bidang sastra, khususnya sastra Arab.
Ada beberapa aspek yang bisa menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada periode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi. Ketiga aspek itu merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang saat itu, yang meliputi dua aspek utama, yaitu pidato dan syair.
Perkembangan sastra arab pada periode Umayyah tidak lepas dari peran dari beberapa kota tempat tumbuh dan berkembangnya sastra, diantaranya yakni kota Hijaz, Najed dan Irak. Pada periode ini prosa berkembang sangat pesat, terutama pidato. Pidato dalm publik dalam berbagai bentuknya telah berkembang dan mencapai puncaknya selama masa dinati Umayyah. Seorang khatib menggunakan sebagai sarana keagamaan dalam bentuk khutbah jum’at seorang jendral memanfaatkan untuk membangkitkan semangat prajurit, dan seorang gubernur memakainya untuk menanamkan semangat pratiotisme rakyat. Pada masa yang belum mengenal saran propaganda khusus, berpidato menjadi sarana untuk menyebarkan gagasan dan membangkitkan emosi.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra?
2.      Bagaimana perkembangan sastra pada Masa Umayyah?
3.      Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan puisi pada Masa Umayyah?
4.      Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan prosa pada Masa Umayyah?

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra
2.      Memahami perkembangan sastra pada Masa Umayyah
3.      Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perkembangan puisi pada Masa Umayyah
4.      Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perkembangan prosa pada Masa Umayyah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra
2.1.1 Alquran Sebagai Karya Sastra Agung
Sastra pada awal Islam memang tidak dapat dipisahkan dari kontribusi Alquran sebagai karya sastra agung yang diturunkan ditengah-tengah bangsa arab sebagai bangsa yang telah maju dalam bidang sastra. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Yang isinya sarat penuh dengan mukjizat.
Bangsa arab mempunyai gagasan ideal sastra yang mereka kuasai, dan mereka saksikan pada diri penyair, orator dan kahin (ahli ramal). Aktualisasi norma-norma ini kurang lebih sempurna danaktualisasi Alquran mengungguli segala sesuatu yang mereka ketahui. Itulah mengapa mereka menganggap Alquran sebagai mukjizat, suatu tantangan untuk menandinginya tetapi tak pernah berhasil mewujudkanya.

1.      Hakikat Keagungan Sastra Alquran
a)      Keagungan bentuk
Kaum muslimin berusaha dengan tekun mempelajari Alquran sebagai karya sastra, dan mengungkapkan rahasia keindahan dan kemukjizatanya. Kedua hal ini mereka sebut awjuh atau dalail al-i’jaz, segi-segi atausebab-sebab yang membuat Alquran luar biasa menarik dan tak tertandingi. Hampir semua pemikir menyinggung subjek ini dalam tulisan mereka, dan sebagian membahasnya dalam risalah yang panjang dan mendalam.

b)       Keagungan isi
Keagungan pesan Alquran terungkap dalam banyak cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama; Alquran menegaskan akal sehat dan nalar sebagai sifat ideal pemikiran manusia. Alquran mengajarkan kebebasan dari kontradiksi, ketidaklogisan, dan ambiguitas.
Kedua; Alquran menyebut manusia sebagaimana adanya yang telah diciptaka dalam bentuk sebaik-baiknya, Alquranmemandang manusia sebagai orang yang mampu menjalankan fungsinya, dan memdifinisikan fungsi itu sebagai wakil Allah di muka bumi.
Ketiga; Alquran memberkati dan mendorong proses kehidupan, dan memandang penolakan terhadap kehidupan sebagai tanda kelemahan, bukanya moralitas.
Keempat; pesan Alquran mempunya tujuan dan determinasi subjek. Alquran memberi  wawasan moral yang lebih dalam, yaitu bahwa nilai moral adalah fungsi niat dan perbuatan. Alquran mengajarkan agar moral sampai pada tindakan, pada ketentuan aktual ruang-waktu.
Kelima; pesan Alquran mengikat keluarga. Islam memandang manusia sempurna hanya bila ia menikah dan berfungsi dalam masyarakat, memiliki hak dan memenuhi kewajiban.
Keenam; pesan Alquran universal. Alquran berbicara kepada semua manusia tanpa membeda-bedakan. Alquran mengajrkan bahwa semua manusia adalah makhluk tuhan, yang setara dalam penciptaan, dalam hubunganya dengan tuhan.
Ketujuh; pesan Alquran bersifat umum. Alquran mengajak umat manusia untuk menerima risalahnya secara rasional, kritis dan merdeka. Alquran manusia agar memperhatika pola-pola alam dan sejarah, dan meninta manusia untuk menilai sendiri kebenaran pernyataan islam.
Kedelapan; pesan  Alquran komprehensif, begitu pula syariat, sistem hukum yang dibangun berdasarkan Alquran.
Kesembilan; risalah Alquran memerintahkan agar keindahan dan estetika dimiliki dan dinikmati secara mutlak.

c)      Keagungan Pengaruh
Pengaruh agung mulia itu adalah hasil dari isi yang mulia yang menyatu dengan bentuk mulia. Pemahaman keagungan dalam isi dan bentuk serta pengaruh agung akibat pemahaman ini adalah pengalaman yang menggetarkan, dan membentuk bukti dan pembenaranya sendiri.


2.2.2 Pengaruh Alquran pada Seni Sastra
Turunnya Al quran dalam sejarah menimbulkan akibat yang luas. Kesadaran dunia semit, khusunya yang berbahasa Arab begitu terpengaruh dan sejumlah orang masuk Islam secara bersama-sama. Mereka terpesona dengan ketinggian sastranya. Tentu saja pengalaman agung ini mempesona mereka. Mereka menganggap begitu tinggi diri mereka sesuatu yang mengungguli mereka di bidang itu, dan membuat mereka tertinggal tak berdaya. Alquran benar-benar menghancurkan kesombongan mereka. Puisi sastra yang paling membuat mereka merendah diri dan sementara menghentikan produktivitas sastra. Sementara sebagian penyair bersumpah tak akan menciptakan puisi lagi, sebagian lagi memilih Alquran selamanya. Mereka mengutip ayat-ayatnya dalam setiap kesempatan untuk menanggapi atau mengomentari masalah. Setiap orang menghafal sebagian besar dan sangat mengenali semua isi Alquran.
Disepanjang dunia muslim maupun sejarah muslim, Alquran menjadi ideal sastra yang tak trertandingi. Sebelum zaman kolonialisme, ketika kekuatan asing memaksakan penggantian tulisan arab dengan tulisan latin dan mulai mempengaruhi selera sastra masyarakat muslim, mula-mula melalui sistem pendidikan barat dan kemudian melalui media masa terbaratkan, hampir semua karya sastra muslim merefleksikan karakteristik tradisional Alquran.karya khas sastra islam adalah universal. Khutbah, risalah (esai atau surat), maqomah (kisah pendek yang mengungkapkan prekositas sastra atau linguistic sang hero), qishshah (kisah pendek berisi moral), qoshidah (puisi), maqalah (esai yang berkisar di seputar satu gagasan yang ada pusatnya), prosa, dan macam puisi yang lebih spesifik diciptakan dan dinikmati semua  muslim. (al-Faruqi, 1986: 370-377).
2.2. Faktor-faktor Pendorong Perkembangan Sastra Masa Umayyah
Berikut ini diantara faktor-faktor yang mendorong perkembangan sastra Arab pada masa daulah Umayyah.
1)      Munculnya partai-partai atau golongan-golongan politik,sehingga setiap golongan atau partai memiliki penyair yang mendukung dan membela golongan atau partai politiknya.
2)      Kembalinya rasa fanatisme kesukaan di antara kaum muslimin pada waktu itu.
3)      Munculnya persatuan dari sebagian penyair dan puisi sebagai sarana mencari penghidupan.
4)      Persaingan antar penyair untuk berusaha menjaddi penyair paling unggul dan berkualitas, sehinggamereka mereka mendapat hadiah atau imbalan dari khalifah atau para pemimpin suatu golongan atau partai politik.
5)      Kehidupan yang makmur menjadikan para penyair merubah jenis puisinya             pada puisi tentang cinta, disertai menjamunya tempat-tempat hiburan.

2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan puisi Masa Umayyah
Dalam periode umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan  puisi semakin meningkat. Ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan ini.
Pertama, futuhat (penyebaran islam) awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi penduduk-penduduk non arab, dan banyak dari mereka yang telah masuk islam. Pemahaman mereka tentang bahasa arab yang jauh dari sempurna, menjadikan pemahaman mereka atas islam juga berkurang, sebagai konsekuensinya negara islam harus memajukan pemahaman atas bahasa arab. Pepopuleran puisi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan itu.
Kedua, para khalifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka memberi hadiah-hadiah besar kepada para penyair yang menciptakan puisi-puisi pusian bagi mereka, atau yang menghasilkan puisi-puisi yang indah. Mu’awiyah, Abdul Malik dan Hisyam sangat menggemari puisi, dan banyak membantu para penyair serta mempopulerkan karya-karya mereka. Pada periode inilah Jarir dan Farazdaq, penyair terbesar zaman Umayyah, memunculkan dua kelompok dalam masyarakat yang masing-masing menggemari salah satu penyair favorit masing-masing guna membuktikan keunggulan penyair mereka.
Kemajuan intelektual paling penting selama periode dinasti Umayyah terjadi dalam bidang penulisan puisi. Fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktifitas kepenyairan terbukti dari tiadanya gairah dari tiadanya gairah pada penyair untuk mengubah puisi ketikan umat islam mendapatkan akses gemilang selama masa penaklukan dan perluasan, sehingga gambaran arab sebagai :negeri para penyair” tidak tampak sama sekali
Dengan naiknya dinasti Umayyah ke panggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan dewi-dewi anggur, lagu dan puisi kembali dibangun. Untuk pertama kalinya, penyair cinta benar-benat menampakkan eksistensinya dalam literatur arab. Sementara kebanykan para penulis pra-islam menyisipkan kata-kata pengantar pada puisi-puisi panjang mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis, tidak satupun dari mereka dapat dikatakan memiliki kecakapan khusus dalam mengubah puisi cinta. Dimulai dari kata pengantar cinta dalam wasidah ini, puisi arab bersajak muncul dibawah pengaruh para penyanyi persia dan meniru gaya mereka.
Pada masa ini dilakukan upaya untuk menghimpun puisi pra islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di Kuffah dan merupakan anak seorang tawanan perang persia, serta berbicara bahasa arab dengan dialek persia.
Namun dalam catatan arabia lebih dikenal sebagai orang yang sangat kuat ingatanya. Atas permintaan al-Walid II, ia membawakan puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang sama, dan untuk masing-masing huruf setidaknya terdiri atas seratus puisi yang berbeda. Setelah mendengar sendiri sekitar 2.900 qosidah; diriwayatkan bahwa al-Walid merasa puas dan memberikan hadiah besar 100 ribu dirham kepada hammad. Warisan terbesar hammad adlaah puisi emas berlirik, yang dikenal dengan mu’allaqat.

2.3.1        Tujuan puisi pada masa-masa Umayyah
 Pada awal islam tujuan  puisi adalah untuk menyebarkan agama islam, memuji nabi dan para khulafa al-rasyidin, mencela musuh-musuh Nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi setelah berdirinya pemerintahan Umayyah, dengan menggunakan politik kekerasan dan tipu daya, merupakan suatu keharusan untuk membeli lisan penyair.
karena banyaknya penyair yang menjadi penyambung lidah para pemimpin golongan-golongan, maka tidak heran kalau kebanyakan tujuan dari para penyair di masa Bani Umayyah kembali pada masa Jahiliyah.
Sampai datangnya seorang penyair yang bernama Abu Hindi yang hidup pada masa pemerintahan Umawi dan Abbasi, mulailah ia mengubah puisi yang mensifati khamr. Sedangkan puisi ashobiyah pihak syiah dan propagandis bani Abbas untuk meniupkan api pada akhir pemerintahan bani Umayyah yang disponsori oleh kumait dan kawan-kawanya.
Buku-buku sastra Arab penuh dengan puisi-puisi dan maqtu’at. Puisinya berisi tentang kesemangatan (hamasah), dan kepahlawanan. Pada masa ini juga muncul tujuan baru dari puisi-puisi, yaitu:
  1. Puisi politik (Syiir al-Siyasi)
Seiring dengan munculnya golongan atau partai politik, muncul pula para penyair yang mendukung golongan atau partai poliik tersebut sehingga melahirkan puisi bernuansa politik.
  1. Puisi polemik (Syiir al-Naqoid)
Puisi jenis ini intinya mengajak umat manusia untuk kembali pada fanatisme kesukuan dan keluar dari ruh Islam. Puisi ini menggabungkan antara kebanggaan, pujian dan satire, yang hal ini dilarang oleh Islam.
  1. Puisi cinta (Syiir al-Ghazal)
Puisi cinta ini ada 2 jenis, yaitu :
a)      Puisi kebebasan cinta
Yaitu puisi yang menceritakan tentang sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta.
b)      Puisi cinta murni tanpa hasrat
Puisi ini berbicara tentang kepedihan yang mendalam karena cinta dan perpisahan.   

2.3.2.      Empat ciri penting puisi zaman Umayyah
1.      Pengucapan (diksi) bersih, jernih dan tepat, karena dekat dengan zaman nabi. Hampir semua orang Arab berbicara dengan gaya yang mendekati gaya pra-islam dan gaya Alquran. Puisi Umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing, rumit atau pelik.
2.      Kalau para khulafa al-rasyidin mengecam para penyair yang mengawali puisinya dengan pujian terhadap wanita-wanita kesayangan mereka, khalifah-khalifah Umayyah tidak ketat dan mengizinkan hal itu. Di masa Umayyah, memuji “yang tercinta” menjadi kebiasaan baku.
3.      Kritik, satir dan sinisme boleh dikata tidak dikenal dalam puisi pra-islam, meskipun terdapat permusuhan dan persaingan antar suku. Dibawah khalufah Umayyah, persaingan politis tidak hanya menggerakkan penyair dari masing-masing pihak untuk propaganda tetapi juga membolehkan para penyair itu untuk menyerang pihak lawan. Keterlibatan para penyair ini melahirkan jenis puisi yang belum pernah ada, yaitu puisi-puisi politis dan satiris. Akibatnya, yang tadinya dikecam sebagai menjual bakat kemudian dianggap normal, dan seberapa besarnya kegiatan para  penyair itu berproduksi adalah sesuai dengan hadiah-hadiah yang diharapkan diterimanya. Puisi politis melahirkan sastra satir yang mandiri, tidak peduli sasarannya riil atau imajiner, seperti juga dalam ghazal.
4.      Mulai melonggarkan moralitas para penyair dan bertambah banyaknya penyair-penyair kristiani, telah menjadikan anggur sebagai salah satu garapan puisiyang populer.

2.3.3.      Keistimewaan Puisi pada Masa Umayyah
1.         Makna dan Ide
·         Makna puisi pada masa Umayyah bertumpu pda makna-makna Jahiliyah
·         Begitu juga dengan ide dalm puisi pada masa Umayyah yang bertumpu pada ide-ide pada puisi zaman Jahiliyah
2.         Gambaran dan Imajinasi
Gambaran dan imajinasi ini disandarkan pada lingkungan Arab dan dipengauhi
al Quran.
3.         Keistimewaan lafadz
Keistimewaan lafadz ini dengan kefasihan ungkapan yang bersifat manis dan lembut dalam puisi cinta.
4.         Struktur Qasidah
Struktur Qasidah sama seperti pada masa Jahiliyah.

2.3.4.      Para Penyair pada masa Umayyah
1.         Al-Akhthal
2.         Al-Farazdaq
3.         Jarir
4.         Umar Ibnu Abi Robi’ah
5.         Al-Kumait
6.         Ibnu Ruqiyat
7.         Al-Nabighah al-Syaibhani





2.4.      Perkembangan Prosa Masa Umayyah
2.4.1. Macam-macam Prosa Masa Umayyah
1.      Khutbah
Khutbah berkembang pada masa ini karena sebab-sebab sebagai berikut:
a.       Banyaknya kelompok dan partai-partai golongan-golongan politik
b.      Banyaknya pertentangan antar kaum.
c.       Perginya para utusan-utusan dari golongan anshor dan kaum-kaum, khalifah dan penguasa.

Macam-macam khutbah pada masa ini:
a.       Khutbah politik
b.      Khutbah agama
c.       Khutbah kemasyarakan

Keistimewaan khutbah:
a.          Diawali dengan hamdalah dan shalawat atas nabi.
b.         Bersandar pada makna-makna Alquran dan gambaranya.
c.          Menggunakan pengutupan dari Alquran dan perumpamaan dengan puisi.
d.         Menggunakan sebagian kata-kata hikmah dan perumpamaan.
e.          Ringkas dengan gaya bahasa langsung dan tidak langsung.

2.      Rasail
Surat-surat politik pada masa khulafa al-rosyidin sangat singkat dan padat, sehingga tidak kita jumpai catatan resmi kenegaraan yang lebih dari beberapa baris. Menurut Ibnu Khalikan, ‘Abd al-Hamid al-Katib (w.750), sekertaris khalifah-khalifah Umayyah terakhir, adalah orang yang memperkenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang, disertai pilihan yang konvensional dan santun, tidak seperti gaya penulisan orang persia. Gaya penulisan ini menjadi model bagi para penulis sesudahnya.

3.      Kitabah
Kitabah juga berkembang pesat pada masa ini. Ketika islam tersebar pada masa ini, telah terjadi percampuran antara orang-orang arab dengan orang-orang asing yang menyebabkan lisan al arab tidak lagi murni seperti masa-masa awal islam. Sehingga pada masa ini dibukukan  kitab nahwu yang ditulis oleh abu al-Aswad al-Duali.
Ketika terjadi fitnah dan banyknya madzhab-madzhab yang bekrkembang pada masa bani Umayyah, juga banykanya para sahabat yang wafat, dan khawatir umat islam akan bersandar pada penguasa, maka Amirul Mukminin Umar ibn Abdul Aziz mengizinkan untuk melakukan pencatatan hadits rosulullah SAW. Setelah itu semakin marak penulisan dan penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Pada periode Umayyah, menurut al-Qhalqasandi dikatakan bahwa penulisan zaman Umayyah meniru gaya kuno sampai al-Walid membawa pembaharuan dalam kesekertariatan pemerintah, administrasi dan surat-menyurati resmi, serta kaligrafi. Gaya bari al-Walid ini terus berlaku sampai 360H/972 M. kecuali ada selingan kembali ke gaya lama ketika zaman Umar ibn Abdul Aziz. Dan Yazid ibn al-Walid yang berkuasa lebih dari 1 tahun. Diilhami oleh semangat sastra al-Walid, marwan ibn Muhammad, khalifah Umawi yang terakhir, menugaskan Abdul Hamid ibn Yahya seorang penulis terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya bahasa itu yang lebih berbunga-bunga yang kemudian mejadikan demikian panjang sehingga dikatakan bahwa Abdul Hamid menulis surat khalifah yang memerlukan seekor unta untuk membawabya ke alamat penerima.
Gaya baru ini disebut tawazan atau simetri sastrawi dan merupakan imitasi gaya ini gaya Alquran. Gaya ini merupakan penulisan ungkapan-ungkapan dengan jumblah suku kata yang sama, panjang yang sama, dan bentuk yang juga sama, ini merpuakan bentuk teringgi.
Tidak disangsikan, tawazun membawa ciri prosa Alquran. Bahkan Alquaran adalah contoh tawazun yang paling baik paling sublim. Tawazan juga didapati dalam sastra pra-islam, terutama dalam peribahasa dan ucapan-ucapan dari para peramal.
Adapun juru tulis terkenal pada masa Umayyah adalah: Abdul Hamid al-Katib. Abdul Hamid al-Katib menjadi juru tulis tiga khalifah Umayyah terakhir. Dia belajar seni sastra dari salim.
Al-Mas’udi menyebutnya sebagai penulis pertama yang membuka setiap komposisi dengan nama Allah, pujian kepada Allah, dan shalawat Nabi. Abdul Hamid juga yang pertama kali memperpanjang komposisi melebihi kebiasaan dilakukan waktu itu, tanpa alasan lain kecuali untuk memperindahnya, gaya ini disebut tarasul. Bersama Tawazun, gaya ini menjadi mode dan dikaitkan kepada Abdul Hamid, pemulanya.  Dia meninggalkan sebanyak 1000 lembar dari demikian menurut ibn al Nadim. Yang paling terkenal dan penting bagi warisan ini adalah esai yang ditunjukkan kepada para juru tulis kerajaan mengenai seni menulis, sebagai esai yang ditulis kerajaan mengenai seni menulis, dan sebuah esai yang ditulis untuk khalifah tertuju kepada putranya, Abdullah ibn Marwan yang ditugaskan memadamkan pemberontakan Khawarij. Kedua karya ini menggambarkan gaya bahasa itu. Dalam kedua karya ini tampak pemanjangan sinonim bagi kata-kata, ungkapan-ungkapan pararel, dan detail-detail penjelas.


BAB III
PENUTUP

Memahami tentang sejarah sastra Arab amat sangatlah penting, karena sastra Arab sangat dibutuhkan oleh para pengkaji islam karena bersumber pokok ajaran islam Alquran; sebuah kitab suci yang mengandung makna sastra yang luar biasa.
Pada awal islam tujuan puisi adalah untuk menyebarkan agama islam, memuji nabi dam para khulafa ar-rosyidin, mencela musuh-musuh nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi setelah berdiri pemerintahan umayyah, dengan menggunakan politik kekerasan dan tipu daya, merupakan suatu keharusan untuk membeli lisan para penyair.
Oleh karena itulah kita sebaiknya memahami tentang sejarah sastra Arab, agar kita mengetahui tentang asal-usul sastra itu sendiri. Demikian hasil dari makalah kami, atas kurangnya kami mohon maaf.


DAFTAR PUSTAKA

Wargadinata, Wildana; Fitriani, Laily.  2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press.
Dhaif, Syauqi. 2001. Tarikh al-Adab al-‘Aroby: Al-“Ashru al-Islamy. Cairo: Daar-al-Maarif.