BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berbicara tentang
eksistensi perkembangan sastra arab pada masa Umayyah, tentu tidak lepas dari
kondisi masyarakat Arab
pada saat itu. Pada zaman itu bangsa Arab mengalami kemajuan dalam bidang
sastra, khususnya sastra Arab.
Ada beberapa aspek yang
bisa menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada
periode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi. Ketiga aspek itu
merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang saat itu, yang meliputi dua
aspek utama, yaitu pidato dan syair.
Perkembangan sastra
arab pada periode Umayyah tidak lepas dari peran dari beberapa kota tempat tumbuh
dan berkembangnya sastra,
diantaranya yakni kota Hijaz, Najed dan Irak. Pada periode ini
prosa berkembang sangat pesat, terutama pidato. Pidato dalm publik dalam
berbagai bentuknya telah berkembang dan mencapai puncaknya selama masa dinati
Umayyah. Seorang khatib menggunakan sebagai sarana keagamaan dalam bentuk
khutbah jum’at seorang jendral memanfaatkan untuk membangkitkan semangat
prajurit, dan seorang gubernur memakainya untuk menanamkan semangat pratiotisme
rakyat. Pada masa yang belum mengenal saran propaganda khusus, berpidato
menjadi sarana untuk menyebarkan gagasan dan membangkitkan emosi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra?
2.
Bagaimana perkembangan sastra pada Masa Umayyah?
3.
Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan puisi pada
Masa Umayyah?
4.
Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan prosa pada
Masa Umayyah?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra
2.
Memahami perkembangan sastra pada Masa Umayyah
3.
Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perkembangan
puisi pada Masa Umayyah
4.
Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perkembangan prosa
pada Masa Umayyah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengaruh Al-Qur’an terhadap sastra
2.1.1
Alquran Sebagai Karya Sastra Agung
Sastra pada awal Islam
memang tidak dapat dipisahkan dari kontribusi Alquran sebagai karya sastra
agung yang diturunkan ditengah-tengah bangsa arab sebagai bangsa yang telah
maju dalam bidang sastra. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Alquran adalah
kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Yang isinya sarat
penuh dengan mukjizat.
Bangsa arab mempunyai
gagasan ideal sastra yang mereka kuasai, dan mereka saksikan pada diri penyair,
orator dan kahin (ahli ramal). Aktualisasi norma-norma ini kurang lebih
sempurna danaktualisasi Alquran mengungguli segala sesuatu yang mereka ketahui.
Itulah mengapa mereka menganggap Alquran sebagai mukjizat, suatu tantangan
untuk menandinginya tetapi tak pernah berhasil mewujudkanya.
1. Hakikat Keagungan Sastra Alquran
a)
Keagungan bentuk
Kaum muslimin berusaha dengan tekun mempelajari
Alquran sebagai karya sastra, dan mengungkapkan rahasia keindahan dan
kemukjizatanya. Kedua hal ini mereka sebut awjuh atau dalail al-i’jaz,
segi-segi atausebab-sebab yang membuat Alquran luar biasa menarik dan tak
tertandingi. Hampir semua pemikir menyinggung subjek ini dalam tulisan mereka,
dan sebagian membahasnya dalam risalah yang panjang dan mendalam.
b)
Keagungan
isi
Keagungan pesan Alquran terungkap dalam banyak cara,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama;
Alquran menegaskan akal sehat dan nalar sebagai sifat ideal pemikiran manusia.
Alquran mengajarkan kebebasan dari kontradiksi, ketidaklogisan, dan ambiguitas.
Kedua;
Alquran menyebut manusia sebagaimana adanya yang telah diciptaka dalam bentuk
sebaik-baiknya, Alquranmemandang manusia sebagai orang yang mampu menjalankan
fungsinya, dan memdifinisikan fungsi itu sebagai wakil Allah di muka bumi.
Ketiga;
Alquran memberkati dan mendorong proses kehidupan, dan memandang penolakan
terhadap kehidupan sebagai tanda kelemahan, bukanya moralitas.
Keempat;
pesan Alquran mempunya tujuan dan determinasi subjek. Alquran memberi wawasan moral yang lebih dalam, yaitu bahwa
nilai moral adalah fungsi niat dan perbuatan. Alquran mengajarkan agar moral
sampai pada tindakan, pada ketentuan aktual ruang-waktu.
Kelima;
pesan Alquran mengikat keluarga. Islam memandang manusia sempurna hanya bila ia
menikah dan berfungsi dalam masyarakat, memiliki hak dan memenuhi kewajiban.
Keenam;
pesan Alquran universal. Alquran berbicara kepada semua manusia tanpa
membeda-bedakan. Alquran mengajrkan bahwa semua manusia adalah makhluk tuhan,
yang setara dalam penciptaan, dalam hubunganya dengan tuhan.
Ketujuh;
pesan Alquran bersifat umum. Alquran mengajak umat manusia untuk menerima
risalahnya secara rasional, kritis dan merdeka. Alquran manusia agar
memperhatika pola-pola alam dan sejarah, dan meninta manusia untuk menilai
sendiri kebenaran pernyataan islam.
Kedelapan;
pesan Alquran komprehensif, begitu pula
syariat, sistem hukum yang dibangun berdasarkan Alquran.
Kesembilan; risalah
Alquran memerintahkan agar keindahan dan estetika dimiliki dan dinikmati secara
mutlak.
c)
Keagungan Pengaruh
Pengaruh agung mulia itu adalah hasil dari isi yang
mulia yang menyatu dengan bentuk mulia. Pemahaman keagungan dalam isi dan
bentuk serta pengaruh agung akibat pemahaman ini adalah pengalaman yang
menggetarkan, dan membentuk bukti dan pembenaranya sendiri.
2.2.2 Pengaruh
Alquran pada Seni Sastra
Turunnya Al quran
dalam sejarah menimbulkan akibat yang luas. Kesadaran dunia semit, khusunya yang berbahasa Arab
begitu terpengaruh dan sejumlah orang masuk Islam secara bersama-sama. Mereka
terpesona dengan ketinggian sastranya. Tentu saja pengalaman agung ini
mempesona mereka. Mereka menganggap begitu tinggi diri mereka sesuatu yang
mengungguli mereka di bidang itu, dan membuat mereka tertinggal tak berdaya.
Alquran benar-benar menghancurkan kesombongan mereka. Puisi sastra yang paling
membuat mereka merendah diri dan sementara menghentikan produktivitas sastra.
Sementara sebagian penyair bersumpah tak akan menciptakan puisi lagi, sebagian
lagi memilih Alquran selamanya. Mereka mengutip ayat-ayatnya dalam setiap
kesempatan untuk menanggapi atau mengomentari masalah. Setiap orang menghafal
sebagian besar dan sangat mengenali semua isi Alquran.
Disepanjang dunia
muslim maupun sejarah muslim, Alquran menjadi ideal sastra yang tak
trertandingi. Sebelum zaman kolonialisme, ketika kekuatan asing memaksakan
penggantian tulisan arab dengan tulisan latin dan mulai mempengaruhi selera
sastra masyarakat muslim, mula-mula melalui sistem pendidikan barat dan
kemudian melalui media masa terbaratkan, hampir semua karya sastra muslim
merefleksikan karakteristik tradisional Alquran.karya khas sastra islam adalah
universal. Khutbah, risalah (esai atau surat), maqomah (kisah pendek yang mengungkapkan
prekositas sastra atau linguistic sang hero), qishshah (kisah pendek berisi moral), qoshidah (puisi), maqalah
(esai yang berkisar di seputar satu gagasan yang ada pusatnya), prosa, dan
macam puisi yang lebih spesifik diciptakan dan dinikmati semua muslim. (al-Faruqi, 1986: 370-377).
2.2. Faktor-faktor Pendorong Perkembangan Sastra Masa Umayyah
2.2. Faktor-faktor Pendorong Perkembangan Sastra Masa Umayyah
Berikut ini diantara
faktor-faktor yang mendorong perkembangan sastra Arab pada masa daulah Umayyah.
1) Munculnya
partai-partai atau golongan-golongan politik,sehingga setiap golongan atau
partai memiliki penyair yang mendukung dan membela golongan atau partai
politiknya.
2) Kembalinya
rasa fanatisme kesukaan di antara kaum muslimin pada waktu itu.
3) Munculnya
persatuan dari sebagian penyair dan puisi sebagai sarana mencari penghidupan.
4) Persaingan
antar penyair untuk berusaha menjaddi penyair paling unggul dan berkualitas,
sehinggamereka mereka mendapat hadiah atau imbalan dari khalifah atau para
pemimpin suatu golongan atau partai politik.
5) Kehidupan
yang makmur menjadikan para penyair merubah jenis puisinya pada puisi tentang cinta, disertai
menjamunya tempat-tempat hiburan.
2.3.Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan puisi Masa Umayyah
Dalam
periode umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi semakin meningkat. Ada dua faktor yang
menyebabkan perkembangan ini.
Pertama,
futuhat (penyebaran islam) awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi
penduduk-penduduk non arab, dan banyak dari mereka yang telah masuk islam.
Pemahaman mereka tentang bahasa arab yang jauh dari sempurna, menjadikan
pemahaman mereka atas islam juga berkurang, sebagai konsekuensinya negara islam
harus memajukan pemahaman atas bahasa arab. Pepopuleran puisi merupakan salah
satu cara untuk mencapai tujuan itu.
Kedua,
para
khalifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka memberi
hadiah-hadiah besar kepada para penyair yang menciptakan puisi-puisi pusian
bagi mereka, atau yang menghasilkan puisi-puisi yang indah. Mu’awiyah, Abdul
Malik dan Hisyam sangat menggemari puisi, dan banyak membantu para penyair
serta mempopulerkan karya-karya mereka. Pada periode inilah Jarir dan Farazdaq,
penyair terbesar zaman Umayyah, memunculkan dua kelompok dalam masyarakat yang
masing-masing menggemari salah satu penyair favorit masing-masing guna
membuktikan keunggulan penyair mereka.
Kemajuan intelektual
paling penting selama periode dinasti Umayyah terjadi dalam bidang penulisan
puisi. Fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktifitas kepenyairan
terbukti dari tiadanya gairah dari tiadanya gairah pada penyair untuk mengubah
puisi ketikan umat islam mendapatkan akses gemilang selama masa penaklukan dan
perluasan, sehingga gambaran arab sebagai :negeri para penyair” tidak tampak
sama sekali
Dengan naiknya dinasti
Umayyah ke panggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan dewi-dewi anggur, lagu
dan puisi kembali dibangun. Untuk pertama kalinya, penyair cinta benar-benat
menampakkan eksistensinya dalam literatur arab. Sementara kebanykan para
penulis pra-islam menyisipkan kata-kata pengantar pada puisi-puisi panjang
mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis, tidak satupun dari mereka dapat
dikatakan memiliki kecakapan khusus dalam mengubah puisi cinta. Dimulai dari
kata pengantar cinta dalam wasidah ini, puisi arab bersajak muncul dibawah
pengaruh para penyanyi persia dan meniru gaya mereka.
Pada masa ini dilakukan
upaya untuk menghimpun puisi pra islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di
Kuffah dan merupakan anak seorang tawanan perang persia, serta berbicara bahasa
arab dengan dialek persia.
Namun dalam catatan
arabia lebih dikenal sebagai orang yang sangat kuat ingatanya. Atas permintaan
al-Walid II, ia membawakan puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang
sama, dan untuk masing-masing huruf setidaknya terdiri atas seratus puisi yang
berbeda. Setelah mendengar sendiri sekitar 2.900 qosidah; diriwayatkan bahwa
al-Walid merasa puas dan memberikan hadiah besar 100 ribu dirham kepada hammad. Warisan
terbesar hammad adlaah puisi emas berlirik, yang dikenal dengan mu’allaqat.
2.3.1
Tujuan puisi pada masa-masa Umayyah
Pada awal islam tujuan puisi adalah untuk menyebarkan agama islam,
memuji nabi dan para khulafa al-rasyidin, mencela musuh-musuh Nabi dan hal-hal
untuk membela islam. Tetapi setelah berdirinya pemerintahan Umayyah, dengan
menggunakan politik kekerasan dan tipu daya, merupakan suatu keharusan untuk
membeli lisan penyair.
karena banyaknya
penyair yang menjadi penyambung lidah para pemimpin golongan-golongan, maka
tidak heran kalau kebanyakan tujuan dari para penyair di masa Bani Umayyah kembali pada masa Jahiliyah.
Sampai datangnya
seorang penyair yang bernama Abu Hindi yang hidup pada masa pemerintahan Umawi
dan Abbasi, mulailah ia mengubah puisi yang mensifati khamr. Sedangkan puisi
ashobiyah pihak syiah dan propagandis bani Abbas untuk meniupkan api pada akhir
pemerintahan bani Umayyah
yang disponsori oleh kumait dan kawan-kawanya.
Buku-buku sastra Arab penuh dengan puisi-puisi dan maqtu’at. Puisinya
berisi tentang kesemangatan (hamasah), dan kepahlawanan. Pada masa ini juga
muncul tujuan baru dari puisi-puisi, yaitu:
- Puisi politik (Syiir
al-Siyasi)
Seiring dengan
munculnya golongan atau partai politik, muncul pula para penyair yang mendukung
golongan atau partai poliik tersebut sehingga melahirkan puisi bernuansa
politik.
- Puisi polemik (Syiir
al-Naqoid)
Puisi jenis ini
intinya mengajak umat manusia untuk kembali pada fanatisme kesukuan dan keluar
dari ruh Islam. Puisi ini menggabungkan antara kebanggaan, pujian dan satire,
yang hal ini dilarang oleh Islam.
- Puisi cinta (Syiir
al-Ghazal)
Puisi cinta ini ada 2 jenis, yaitu :
a)
Puisi kebebasan cinta
Yaitu puisi yang
menceritakan tentang sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta.
b)
Puisi cinta murni tanpa hasrat
Puisi ini berbicara tentang kepedihan yang mendalam
karena cinta dan perpisahan.
2.3.2.
Empat ciri penting puisi zaman Umayyah
1. Pengucapan
(diksi) bersih, jernih dan tepat, karena dekat dengan zaman nabi. Hampir semua
orang Arab berbicara dengan gaya yang mendekati gaya pra-islam dan gaya
Alquran. Puisi Umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing, rumit atau pelik.
2. Kalau
para khulafa al-rasyidin mengecam para penyair yang mengawali puisinya dengan
pujian terhadap wanita-wanita kesayangan mereka, khalifah-khalifah Umayyah
tidak ketat dan mengizinkan hal itu. Di masa Umayyah, memuji “yang tercinta”
menjadi kebiasaan baku.
3. Kritik,
satir dan sinisme boleh dikata tidak dikenal dalam puisi pra-islam, meskipun
terdapat permusuhan dan persaingan antar suku. Dibawah khalufah Umayyah,
persaingan politis tidak hanya menggerakkan penyair dari masing-masing pihak
untuk propaganda tetapi juga membolehkan para penyair itu untuk menyerang pihak
lawan. Keterlibatan para penyair ini melahirkan jenis puisi yang belum pernah
ada, yaitu puisi-puisi politis dan satiris. Akibatnya, yang tadinya dikecam
sebagai menjual bakat kemudian dianggap normal, dan seberapa besarnya kegiatan para penyair itu berproduksi adalah sesuai dengan
hadiah-hadiah yang diharapkan diterimanya. Puisi politis melahirkan sastra
satir yang mandiri, tidak peduli sasarannya riil atau imajiner, seperti juga
dalam ghazal.
4. Mulai
melonggarkan moralitas para penyair dan bertambah banyaknya penyair-penyair
kristiani, telah menjadikan anggur sebagai salah satu garapan puisiyang
populer.
2.3.3.
Keistimewaan Puisi
pada Masa Umayyah
1.
Makna dan Ide
·
Makna puisi pada masa Umayyah bertumpu pda makna-makna
Jahiliyah
·
Begitu juga dengan ide dalm puisi pada masa Umayyah
yang bertumpu pada ide-ide pada puisi zaman Jahiliyah
2.
Gambaran dan Imajinasi
Gambaran dan
imajinasi ini disandarkan pada lingkungan Arab dan dipengauhi
al Quran.
3.
Keistimewaan lafadz
Keistimewaan lafadz ini dengan kefasihan ungkapan yang
bersifat manis dan lembut dalam puisi cinta.
4.
Struktur Qasidah
Struktur Qasidah sama seperti pada masa Jahiliyah.
2.3.4. Para Penyair pada masa Umayyah
1.
Al-Akhthal
2.
Al-Farazdaq
3.
Jarir
4.
Umar Ibnu Abi Robi’ah
5.
Al-Kumait
6.
Ibnu Ruqiyat
7.
Al-Nabighah al-Syaibhani
2.4.
Perkembangan
Prosa Masa Umayyah
2.4.1. Macam-macam
Prosa Masa Umayyah
1. Khutbah
Khutbah berkembang pada masa ini karena sebab-sebab
sebagai berikut:
a.
Banyaknya kelompok dan partai-partai
golongan-golongan politik
b.
Banyaknya pertentangan antar kaum.
c.
Perginya para utusan-utusan dari golongan anshor dan
kaum-kaum, khalifah dan penguasa.
Macam-macam khutbah pada masa ini:
a. Khutbah
politik
b. Khutbah
agama
c. Khutbah
kemasyarakan
Keistimewaan khutbah:
a.
Diawali dengan
hamdalah dan shalawat atas nabi.
b.
Bersandar pada makna-makna Alquran dan gambaranya.
c.
Menggunakan pengutupan dari Alquran dan perumpamaan
dengan puisi.
d.
Menggunakan sebagian kata-kata hikmah dan
perumpamaan.
e.
Ringkas dengan gaya bahasa langsung dan tidak
langsung.
2. Rasail
Surat-surat politik pada
masa khulafa al-rosyidin sangat singkat dan padat, sehingga tidak kita jumpai
catatan resmi kenegaraan yang lebih dari beberapa baris. Menurut Ibnu Khalikan,
‘Abd al-Hamid al-Katib (w.750), sekertaris khalifah-khalifah Umayyah terakhir,
adalah orang yang memperkenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang,
disertai pilihan yang konvensional dan santun, tidak seperti gaya penulisan
orang persia. Gaya penulisan ini menjadi model bagi para penulis sesudahnya.
3. Kitabah
Kitabah juga berkembang
pesat pada masa ini. Ketika islam tersebar pada masa ini, telah terjadi
percampuran antara orang-orang arab dengan orang-orang asing yang menyebabkan
lisan al arab tidak lagi murni seperti masa-masa awal islam. Sehingga pada masa
ini dibukukan kitab nahwu yang ditulis
oleh abu al-Aswad al-Duali.
Ketika terjadi fitnah
dan banyknya madzhab-madzhab yang bekrkembang pada masa bani Umayyah, juga
banykanya para sahabat yang wafat, dan khawatir umat islam akan bersandar pada
penguasa, maka Amirul Mukminin Umar ibn Abdul Aziz mengizinkan untuk melakukan
pencatatan hadits rosulullah SAW. Setelah itu semakin marak penulisan dan
penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Pada periode Umayyah,
menurut al-Qhalqasandi dikatakan bahwa penulisan zaman Umayyah meniru gaya kuno
sampai al-Walid membawa pembaharuan dalam kesekertariatan pemerintah,
administrasi dan surat-menyurati resmi, serta kaligrafi. Gaya bari al-Walid ini
terus berlaku sampai 360H/972 M. kecuali ada selingan kembali ke gaya lama
ketika zaman Umar ibn Abdul Aziz. Dan Yazid ibn al-Walid yang berkuasa lebih
dari 1 tahun. Diilhami oleh semangat sastra al-Walid, marwan ibn Muhammad,
khalifah Umawi yang terakhir, menugaskan Abdul Hamid ibn Yahya seorang penulis
terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya bahasa itu yang lebih
berbunga-bunga yang kemudian mejadikan demikian panjang sehingga dikatakan
bahwa Abdul Hamid menulis surat khalifah yang memerlukan seekor unta untuk
membawabya ke alamat penerima.
Gaya baru ini disebut
tawazan atau simetri sastrawi dan merupakan imitasi gaya ini gaya Alquran. Gaya
ini merupakan penulisan ungkapan-ungkapan dengan jumblah suku kata yang sama,
panjang yang sama, dan bentuk yang juga sama, ini merpuakan bentuk teringgi.
Tidak disangsikan,
tawazun membawa ciri prosa Alquran. Bahkan Alquaran adalah contoh tawazun yang
paling baik paling sublim. Tawazan juga didapati dalam sastra pra-islam,
terutama dalam peribahasa dan ucapan-ucapan dari para peramal.
Adapun juru tulis
terkenal pada masa Umayyah adalah: Abdul Hamid al-Katib. Abdul Hamid al-Katib
menjadi juru tulis tiga khalifah Umayyah terakhir. Dia belajar seni sastra dari
salim.
Al-Mas’udi menyebutnya
sebagai penulis pertama yang membuka setiap komposisi dengan nama Allah, pujian
kepada Allah, dan shalawat Nabi. Abdul Hamid juga yang pertama kali
memperpanjang komposisi melebihi kebiasaan dilakukan waktu itu, tanpa alasan
lain kecuali untuk memperindahnya, gaya ini disebut tarasul. Bersama Tawazun,
gaya ini menjadi mode dan dikaitkan kepada Abdul Hamid, pemulanya. Dia meninggalkan sebanyak 1000 lembar dari
demikian menurut ibn al Nadim. Yang paling terkenal dan penting bagi warisan
ini adalah esai yang ditunjukkan kepada para juru tulis kerajaan mengenai seni menulis,
sebagai esai yang ditulis kerajaan mengenai seni menulis, dan sebuah esai yang
ditulis untuk khalifah tertuju kepada putranya, Abdullah ibn Marwan yang
ditugaskan memadamkan pemberontakan Khawarij. Kedua karya ini menggambarkan
gaya bahasa itu. Dalam kedua karya ini tampak pemanjangan sinonim bagi
kata-kata, ungkapan-ungkapan pararel, dan detail-detail penjelas.
BAB III
PENUTUP
Memahami tentang
sejarah sastra Arab amat sangatlah penting, karena sastra Arab sangat
dibutuhkan oleh para pengkaji islam karena bersumber pokok ajaran islam Alquran;
sebuah kitab suci yang mengandung makna sastra yang luar biasa.
Pada awal islam tujuan
puisi adalah untuk menyebarkan agama islam, memuji nabi dam para khulafa
ar-rosyidin, mencela musuh-musuh nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi
setelah berdiri pemerintahan umayyah, dengan menggunakan politik kekerasan dan
tipu daya, merupakan suatu keharusan untuk membeli lisan para penyair.
Oleh karena itulah kita
sebaiknya memahami tentang sejarah sastra Arab, agar kita mengetahui tentang
asal-usul sastra itu sendiri. Demikian hasil dari makalah kami, atas kurangnya
kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Wargadinata,
Wildana; Fitriani, Laily.
2008.
Sastra Arab dan Lintas
Budaya. Malang: UIN-Malang Press.
Dhaif, Syauqi.
2001. Tarikh al-Adab al-‘Aroby: Al-“Ashru
al-Islamy. Cairo: Daar-al-Maarif.
The Lucky Club Casino Site | Slots, Blackjack, Roulette & More
BalasHapusPlay all your favourite online casino games and win cash prizes at The Lucky Club Casino! Sign up and claim luckyclub your welcome bonus today.