Entri yang Diunggulkan
alasan mencintai
*Aku bisa jadi diriku sendiri kalau aku sama kamu *senang hanya berdua *Karena kamu bikin aku senang, senang, senang, senang yang ga pernah ...
Senin, 16 April 2012
LANGKAH- LANGKAH DESAIN PEMBELAJARAN
LANGKAH- LANGKAH DESAIN PEMBELAJARAN
Langkah–langkah dalam desain pembelajaran:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
2. Melaksanakan analisis pengajaran
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan performansi/kinerja
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan dan memilih material pengajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Berikut ini akan di jelaskan langkah-langkah di atas secara rinci:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu progam pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya. Mempertimbangkan secara mendalam untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
Tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas, akan memberikan keuntungan kepada:
a. Siswa. Tujuan umum pembelajaran yang jelas dapat membantu siswa untuk mengatur waktu dan memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin di capai.
b. Guru. Tujuan umum pembelajaran dapat membantu guru untuk mengatur kegiatan belajar mengajar , metode, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Evaluator. Tujuan umum pembelajaran dapat membantu evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik.
Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut dick and carrey (1985) harus jelas, dapat di ukur, dan berbentuk tingkah laku.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Analisi pembelajaran perlu dilakukan untuk mengembangkan metode pembelajaran. Dick dan Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pengajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan–keterampilan bawahan (subordinate skill) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.
Menganalisis subordinate skill sangatlah diperlukan, karna apabila keterampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak di ajarkan, maka banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dengan demikian pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya. Apabila keterampilan bawahan yang berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya,dan keterampilan yang tidak perlu diajarkan maka mengganggu anak didik dalam belajar menguasai keterampilan yang diperlukan.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristuk siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang ungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal mereka dapat di lakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan materi ajar sesuai panduan kurikulum.
4. Merumuskan tujuan performansi
Dick dan Carrey menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas:
a. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik.
b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir waktu anak didik berbuat.
c. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Sedangkan fungsi performansi adalah:
a. Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
b. Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai.
c. Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian.
d. Membantu anak didik dalam usaha belajarnya.
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah patokan yang di deskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan digunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan atau belum.
Ada empat tes acuan patokan yang dapat dipakai yakni:
a. Tes antri behavior merupakan tes acuan patokan untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
b. Pretes merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan.
c. Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi penting, yaitu pertama untuk mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran di ajarkan sebelum tes dilaksanakan dan kedua untuk mengetes kemajuan anak didik setelah dilakukan pembelajaran. Dengan demikian dapat dilakukan remedial yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih formal.
d. Pasca test atau post test merupakan tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar sehingga dengan demikian dapat diidentufikasi bagian-bagian mana di antara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural harus berdasarkan karakteristik siswa. Alasannya adalah karena meterial pembelajaran yang dikembangkan pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu sebelum mengembangkan materi seorang guru perlu melihat kembali karakteristik siswa.
Dalam marencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap sebagaimana berikut ini:
a. Mengurutkan dan merumpunkan tujuan kedalam pembelajaran.
b. Merencanakan prapembelajaran, pengetesan dan kegiatan tidak lanjut.
c. Menyusu alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
Dick dan Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran sebagaimana berikut:
a. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual. Semua tahap pembelajaran dimasukkam kedalam bahan, kecuali pretes dan pascatest.
b. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam penyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada maka pengajar harus memberi penjelasan
c. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
Kelebihan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbaharui pembelajaran jika terjadi perubahab isi. Adapun kelemahannya adalah sebagian besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi formatif perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, melalui evaluasi formatif akan ditemukan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan-kekurangannya dapat diperbaiki.
Ada tiga fase penilaian formatif yakni:
a. Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran.
b. Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan.
c. Fase uji lapangan. Fase ini bisa diikuti oleh banyak siswa. Tekanan dalam uji coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang dilakukan untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam suatu keadaan yang mungkin sangat nyata .
9. Merevisi bahan pembelajaran
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik.
Ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
b. Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif perlu dilakukan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapka atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan di perlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat di capai, efektifitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar