Entri yang Diunggulkan

alasan mencintai

*Aku bisa jadi diriku sendiri kalau aku sama kamu *senang hanya berdua *Karena kamu bikin aku senang, senang, senang, senang yang ga pernah ...

Senin, 16 April 2012

KONSEP-KONSEP DALAM MANAJEMEN KURIKULUM

BAB II KONSEP-KONSEP DALAM MANAJEMEN KURIKULUM A. TUJUAN INSTRUKSIONAL Dalam bab ini baru dikemukakan secara singkat tentang beberapa pengertian yang disebutkan dalam judul, yaitu kurikulum, pengembangan kurikulum, manajemen, dan kaitan antar ketiganya, agar para pembaca dapat langsung memahami maksud dari buku secara keseluruhan, meskipun hanya dalam uraian selintas. Dengan sifatnya yang singkat tersebut, setelah mempelajari bab ini dengan cermat sampai selesai pembaca diharapkan: 1. Memahami salah satu batasan pengertian kurikulum menurut asal istilah 2. Memahami makna pengembangan kurikulum. 3. Memahami makna manajemen 4. Memahami kaitan antara kurikulum, pengembangan kurikulum, dan manajemen kurikulum. B. SEKILAS TENTANG MANAJEMEN KURIKULUM Sebelum memulai dengan pengertian kurikulum, terlebih dahulu disampaikan sedikit penjelasan tentang maksud penulisan buku ini. Judul buku ini adalah “Manajemen dan Pengembangan Kurikulum”, sebuah istilah yang terdiri dari tiga pengertian, Yaitu “manajemen”, “pengembangan” dan “kurikulum”. Meski kata “manajemen” muncul lebih dahulu dibandingkan dengan “pengembangan” dan “kurikulum”, akan tetapi agar pemahaman terhadap makna keseluruhan dari batasan pengertian tersebut menjadi tepat, maka penjelasannya akan dibalik, yaitu: (1) pengertian kurikulum dahulu sebagai objek yang dikelola atau dimanej, (2) pengertian pengembangan kurikulum, dan baru (3) pengertian manajemen. Alasan penjelasan yang demikian karena manajemen menunjuk pada suatu kegiatan, yang dikenal dengan fungsi-fungsi pengelolaan, sedangkan kurikulum, demikian juga pengembangan kurikulum yang terkait dengan dan melekat pada pengertian kurikulum sebagai objek, maka objek yang dikenai kegiatan dijelaskan terlebih dahulu. Dengan demikian penjelasannya dapat diterima dengan runtut karena sudah diketahui objek atau sasarannya terlebih dahulu. Seperti dikenal dalam pengertian umum, manajemen merupakan pengelolaan terhadap suatu objek. Jika objek yang dikelola sudah jelas, pembicaraan mengenai pengelolaannya dapat terarah pada objek yang sudah dijelaskan terlebih dahulu. Istilah pengembangan dan manajemen merupakan dua pengertian yang dapat berarti mirip, tetapi juga bisa berarti terpisah. Keduanya menunjuk pada kegiatan, baik statis maupun dinamis. Manajemen kurikulum adalah pengaturan yang dilakukan untuk keberhasilan kegiatan belajar-mengajar – istilah sekarang pembelajaran – agar kegiatan tersebut dapat mencapai hasil maksimal., Ruang lingkup manajemen kurikulum sesuai dengan lingkupnya, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. C. PENGERTIAN KURIKULUM Bukan hanya orang-orang yang berkecimpung di lapangan pendidikan saja, tetapi juga banyak orang awam yang meskipun kurang tahu dengan pasti artinya, tetapi agak faham apa yang dimaksud dengan "kurikulum". Banyak orang berpendapat bahwa yang dinamakan kurikulum adalah daftar mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik di suatu jenjang dan jenis pendidikan. Pengertian tersebut terlalu sempit, karena kalau ditanya mana contoh kurikulum, ditunjukkan selembar tulisan yang berisi deretan matapelajaran. Bahkan ada orang yang berpendapat lebih sempit lagi, yaitu pengertian bahwa kurikulum adalah jadwal pelajaran. Kata "kurikulum" di dalam bahasa Inggris adalah curriculum. Menurut riwayatnya, pemunculan istilah "kurikulum" sudah dimulai sejak jaman kejayaan Athena sebagai negara asal sejarah olahraga. Pada waktu itu, kurikulum menunjuk pada pengertian “jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish”. Dengan penggunaan kata kurikulum tersebut di dalam dunia pendidikan, berarti menyamakan peserta didik sebagai seorang pelari, yang menempuh jarak kegiatan belajar dari awal memasuki sekolah sampai tamat dari sekolah itu. Dengan dikemukakannya riwayat asal istilah ini, kiranya akan mudah bagi kita untuk lebih lanjut memahami pengertian dan makna kurikulum. Berbagai buku memuat pengertian kurikulum dengan rumusan yang berbeda-beda, yang inti pengertiannya pun berbeda. Beberapa pengertian tentang kurikulum sebagai tambahan wawasan menurut pendapat beberapa ahli, akan disajikan dalam bab II. Berbagai pengertian tersebut menjadi bahan renungan dan analisis, sehingga pemahaman kita tentang kurikulum akan menjadi lebih jelas. Berikut ini dikutipkan sebuah rumusan yang diambil dari Encyclopedia International tahun 1993 halaman 369: Curriculum is the term designating the experiences a school system provides for the students. Sometimes the term is restricted to experiences provided in the classroom itself, the more traditional and intellectual aspect of schooling. Dan kutipan tersebut kita dapat memandang lingkup kurikulum dari yang paling sempit sampai dengan yang paling luas. 1. Pengertian paling sempit Kurikulum adalah aspek-aspek yang cenderung tradisional dan bersifat intelektual saja, yaitu materi yang diajarkan oleh guru pada waktu jam pelajaran berlangsung, dan yang hanya tergambar dalam kegiatan di kelas yang dibatasi empat dinding. 2. Pengertian yang lebih luas Kurikulum adalah: pengalaman yang disediakan untuk peserta didik di dalam kelas. Dalam lingkup ini kurikulum meliputi juga pembentukan pribadi melalui kebiasaan sehari-hari, bukan hanya intelektual saja. Isi kurikulum bukan hanya mengisi otak saja (sebagai aspek kognitif atau kecerdasan) tetapi juga kalbu ( aspek hati – mental dan moral), serta kemampuan tangan (aspek yang menunjuk pada keterampilan tangan dan kecekatan gerak). 3. Pengertian lebih luas lagi Kurikulum adalah semua pengalaman yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didik. Dalam pengertian kurikulum paling luas ini bukan hanya yang diberikan di kelas saja tetapi juga yang terjadi di luar kelas, tetapi masih berada di lingkungan sekolah. 4. Pengertian paling luas Pengertian yang mungkin untuk sementara dipandang paling luas adalah definisi yang telah dikemukakan oleh J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and Learning (1956). Kedua ahli ini menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: "The curriculum is the sum total of school's efforts to influence leaning, whether in the classroom, on the playground, or out of schools" Jadi kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak yang sedang belajar, tidak terikat pada tempat karena dapat terjadi di ruang kelas, di halaman sekolah, atau diluar sekolah. Selain ditinjau dari lingkup kurikulum yang ada tiga macam dari yang paling sempit sampai yang paling luas tersebut, kita dapat meninjau kurikulum dari sudut dirancang dan tidak dirancangnya kurikulum yang bersangkutan. Jika kurikulum yang dirancang sudah diarahkan sebagai upaya untuk mempengaruhi perilaku siswa, yaitu dalam bentuk kurikulum yang resmi dikenal dengan kurikuler dan ekstra kurikuler, maka ada jenis kurikulum lain yang meskipun tidak dirancang tetapi berpengaruh terhadap siswa, meskipun tidak dengan sengaja dirancang dan diajarkan kepada siswa. Kurikulum yang tidak dirancang tetapi berpengaruh terhadap siswa ini dikenal dengan istilah “kurikulum tersembunyi” dan dalam bahasa Inggris disebut hidden curriculum. Dari istilahnya sendiri sudah menunjukkan isi yang dikandungnya. Kurikulum tersebut berupa berbagai hal yang tidak dengan sengaja diperuntukkan bagi siswa untuk dipelajari dan menjadi milik siswa, tetapi mungkin karena. siswa merasa tertarik kemudian meniru, atau karena ada teman temannya yang juga menyukai maka siswa ikut-ikutan, dan dengan demikian, meskipun tidak dengan sengaja dirancang oleh sekolah telah menjadi bagian dari hasil belajar siswa. Yang dengan sengaja dirancang cukup banyak dan diujudkan dalam jadwal, tetapi yang tidak dengan sengaja dirancang pun, juga cukup banyak. Ujud dari kuriknlum tersembunyi ini dapat berasal dari manusia-manusia yang berada di sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, staf tatausaha, atau teman-teman siswa sendiri. Kurikulum tersembunyi tersebut dalam diri siswa dapat berupa pengaruh positif dan negatif, sehingga berdampak pada perilaku peserta didik dalam bentuk pengaruh positif dan negarif pula. * Contoh kurikulum tersembunyi positif: Dari warga sekolah, kerapian berpakaian para guru dan kepala sekolah, kebiasaan kedatangan guru yang tepat waktu, meskipun tidak disengaja untuk contoh, dapat ditiru oleh siswa. Demikian juga mungkin menyangkut juga cara memadukan warna baju, cara mengenakan sepatu yang selalu mengkilap, dan lain-lain perilaku manusia di sekitarnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa perilaku yang baik dari kepala sekolah dan guru juga akan berpengaruh positif pada siswa. Sebagai contoh lain adalah cara kepala sekolah dan guru juga akan berpengaruh positif pada siswa. Sebagai contoh lain adalah cara kepala sekolah dan guru menegur orang lain dengan cara yang sopan dan selalu memperhatikan sorot mata pihak yan diajak berbicara, dapat menjadi contoh bagi siswa, meskipun oleh orang-orang yang bersangkutan tidak dengan sengaja memberikan contoh. Pengaturan taman yang bagus di halaman sekolah, penataan buku-buku di kantor kepala sekolah atau di ruang guru, keteraturan rak-rak buku di perpustakaan, kebersihan kamar kecil, penempatan barang-barang yang tampak teratur rapi, tanpa sengaja dapat menjadi perhatian siswa dan ditiru untuk diterapkan di rumah mereka. Oleh sebab itu, perlu sekali bagi sekolah untuk memperhatikan hal-hal yang kiranya dapat berpengaruh baik kepada siswa, meskipun tidak harus diajarkan atau dilatihkan dengan sengaja. * Contoh kurikulum tersembunyi negatif: Dari warga sekolah yang dapat ditiru oleh siswa mungkin berupa perilaku, antara lain cara berbicara guru yang nerocos dan sukar disela, atau tata tutur yang kasar dan menyakitkan, karena siswa sudah mempunyai pengalaman kurang baik untuk membuat sakit hati orang lain, maka dengan cepatnya mereka menirunya. Hal-ha1 yang berupa fisik, misalnya keadaan kelas yang kotor tidak teratur, membuat siswa makin lama makin memandang sebagai "hal biasa", sehingga mereka tidak merasa risih lagi melihat keadaan jorok dan tidak teratur. Sebagai contoh, jika di sekolah anak sudah terbiasa melihat kamar kecil kotor dan berbau, lama kelamaan tidak akan merasa “risih” ketika menghadapi kamar mandi yang kotor dan berbau. Sebagai contoh lain, siswa tidak akan merasa bersalah (bahkan ingin selalu mengulangi) terlambat datang ke sekolah karena melihat guru-guru juga terlambat. Secara alamiah, manusia lebih senang melakukan hal-hal yang tidak baik dibandingkan dengan yang baik karena lebih mudah. Menganggur sambil berpangku tangan dirasakan lebih nikmat dibandingkan dengan mengatur buku agar tampak rapi, atau membantu guru menghapus papan tulis, mengambil ceceran sampah yang berserakan di lantai, dan sebagainya. Perilaku teman sekolah yang dirasakan oleh siswa sebagai hal yang enak dan mudah yaitu membuat kepekan untuk disontek ketika ulangan, dapat merembet ke anak lain. Cara membuat kepekan pun dapat dipelajari agar tidak diketahui oleh guru. Di dalam bukunya Curriculum, Perspective, Paradigm, and Possibility, seorang ahli kurikulum bernama Schubert (1986) menjelaskan pengertian kurikulum dalam uraiannya sebagai berikut: "In a very broad sense, curriculum studies refers to an area of inquiry in higher education that focuses on what is learned and should be learned in educative institutions and to a lesser (but not less important) extended to what is and should be learned in non institutionalized educational situation". Dari pengertian yang luas tersebut kemudian oleh Schubert diciutkan menjadi "semua mata pelajaran yang tertera di dalam struktur program sekolah, dan lebih sempit lagi hanya mata pelajaran yang tertera di dalam jadwal pelajaran, dan dalam pengertian yang paling sempit hanya menunjuk satu mata pelajaran tertentu saja. Untuk tidak ada kesan bahwa yang disampaikan hanya pengertian menurut teori ahli-ahli dari luar saja, berikut dicuplikkan sedikit mengenai pengertian kurikulum di Indonesia. 1. Kurikulum merupakan “rambu-rambu” untuk menjamin mutu dan kemampuan sesuai dengan program studi yang ditempu (Kemmendiknas No. 045/U/2002). Pengertian ini mengartikan kurikulum sebagai pedoman (rambu-rambu) penyelenggaraan pendidikan. 2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (SK Mendiknas No. 232/2000). Pengertian ini mengartikan kurikulum sebagai (a) rencana dan pengaturan; (b) tentang isi, bahan pelajaran, serta cara yang digunakan. 3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan berdasarkan standar pendidikan tentang kemampuan dan sikap, marten serta pengalaman belajar, dan penilaian yang berbasis pada potensi dan kondisi peserta didik (Pedoman Sosialisasi KBK, Direktorat PAK, 2004). Pengertian ini mengartikan kurikulum harus menjadi mutu dan kemampuan lulusan, agar sesuai dengan standar tertentu. Uraian tentang kurikulum dan proses manajemennya baru dibahas mulai bab III. Namun untuk menyambung pengertian kurikulum dengan aplikasinya di sekolah, dapat dijelaskan sedikit bahwa yang berlaku di Indonesia sampai tahun 2006 adalah sentralistis, dan sesudah itu diberlakukan kurikulum yang disusun sendiri oleh sekolah dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum sentralistis artinya bahwa kurikulum rencana untuk pengalaman bagi peserta didik tersebut disusun di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan berlaku untuk semua sekolah dengan jenis dan jenjang yang sama, sedangkan KTSP disusun di masing-masing sekolah, dengan acuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) yang disusun di pusat. Untuk jelasnya, pembicaraan tentang sentralisasi kurikulum dan KTSP ini akan dipisahkan dalam bab-bab tersendiri, yaitu tentang struktur program sekolah. Uraian tentang perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu itu adalah sangat penting, untuk menghilangkan kesan masyarakat bahwa “ganti menteri ganti kurikulum”. D. PENGERTIAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Dan pengertian yang paling sederhana bahwa kurikulum adalah pengalaman yang diberikan kepada peserta didik agar menjadi pribadi unggul yang mampu mandiri, maka kurikulum harus tidak terlepas dari masyarakat di mana para lulusan akan menjalani kehidupannya. Di sisi lain, masyarakat sendiri selalu berubah dengan cepat. Untuk menyiapkan lulusan supaya mampu hidup di masyarakat dengan tenang dan nyaman, diperlukan kurikulum yang dinamis dan selalu mengikuti perkembangan masyarakat. Sebagai contoh, apabila di masyarakat tumbuh dengan pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka kurikulum sekolah juga harus mampu mengikuti perkembangan IPTEK tersebut. Dengan demikian maka pengembangan kurikulum merupakan suatu keharusan. Istilah pengembangan sendiri dapat diartikan dengan beberapa makna, antara lain penyusunan awal dalam arti pembuatan, perubahan, perbaikan, Perluasan, pembaharuan, dan penyempurnaan/ Yang penting dalam hal ini adalah bahwa hasil dari pengembangan adalah adanya perubahan. Bertitiktolak dari pengertian kurikulum bahwa bukan hanya sebatas pada dokumen yang berisi

1 komentar: